Pendidikan yang Pancasilais dan Humanis dalam Perspektif Tokoh Bangsa Ki Hajar Dewantara

Perkembangan zaman di abad ke 21 ini yang menuntut adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk di bidang industri, sains dan teknologi. Mengharuskan setiap warga negara indonesia untuk mengikuti perkembangan zaman tersebut. Negara dalam hal ini memiliki peran penting untuk menghadapi tantangan zaman yang lazimnya di sebut sebagai tantangan modernisisasi dan globalisasi. Dalam konsep negara yang modern dan global jarak dan batasan bukanlah menjadi suatu tantangan yang berat, oleh karena itu Negara memiliki peran untuk mempersiapkan, membentuk dan menciptakan sumber daya manusia (SDM) indonesia yang unggul dan berkompeten. Negara memiliki unsur pemerintah dapat melakukan perpanjangan tangan ke Kemendikbud Ristek dan lembaga-lembaga pendidikan formal maupun non formal dibawahnya, untuk sama-sama bahu membahu manjadi solusi dalam mempersiapkan pendidikan-pendidikan terbaik untuk peserta didik di masing-masing instansi atau sekolah. Grand desain pendidikan yang di bentuk harus berdasarkan pada sistem pendidikan yang pancasilais dan humanis. Pendidikan yang pancasilais menjadi ciri dan identitas diri bangsa dan negara indonesia yang sesungguhnya. Pendidikan yang pancasilais mengangkat tema-tema besar dalam nuansa pemikiran-pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh pendiri bangsa Indonesia. Salah satu tokoh yang saat ini di gaungkan pemikiranya oleh kementrian Kemendikbud Ristek yaitu pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan sloganya Ing Ngarso Sung Tulodo artinya menjadi seorang guru harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mangun Karso artinya seseorang guru di tengah harus mampu membangkitkan, menyemangati, memotivasi siswa dan Tut Wuri Handayani artinya seorang guru harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Pemikiran tokoh ini menjadi salah satu hal terpenting bagi penulis untuk menciptakan pendidikan yang sesungguhnya yaitu pendidikan yang humanis, pendidikan yang memanusiakan manusia. Pendidikan yang memberikan makna bahwa pada dasarnya setiap peserta didik itu berbeda dan unik dan hal tersebut sejalan dengan program-program kerja Kemendikbud Ristek melalui sekolah-sekolah penggerak dan kurikulum merdeka belajar (WY)